Penularan pada penyakit HIV/AIDS
sangat bermacam-macam. Salah satunya adalah dari ibu yang sedang
mengandung bayi dirahimnya. Akan tetapi hal ini belum bisa dipastikan
100% benar kalau seorang ibu penderita HIV/AIDS anak menularkan
penyakit HIV/AIDS
pada bayi yang dikandungnya pada saat dalam kandungan, proses
persalinan dan menyusui. Seperti pendapat dari Konsultan Ahli Program
Prevention Mother To Child Transmission (PMTCT), Bagus Rahman Prabowo
yang dilansir dari health.kompas.com bahwa
perempuan penderita HIV/AIDS masih bisa menyusui bayinya.
Perempuan penderita HIV/AIDS
yang kemudian mengandung belum pasti menularkan virus kepada buah
hatinya. Intervensi yang bisa dilakukan adalah menjaga asupan nutrisi
bagi bayi, salah satunya pemberian air susu ibu secara eksklusif selama
enam bulan.
Seperti diutarakan Konsultan Ahli
Program Prevention Mother To Child Transmission (PMTCT), Bagus Rahman
Prabowo, ada tiga jalur transmisi infeksi dari ibu ke anak, yaitu masa
kandungan, persalinan, dan pemberian susu bayi. Bila dilakukan dengan
hati-hati dan diimbuhi konsumsi obat antiretroviral (ARV), potensi
penularan selama kandungan dan persalinan di bawah 10 persen.
“Plasenta sewaktu dalam kandungan
sebetulnya menjadi pelindung yang efektif. Hanya, masalah bisa timbul
bila ada infeksi selama kehamilan yang diakibatkan toksoplasma atau
rubela,” kata Bagus.
Begitu lahir, Bagus menyarankan agar
bayi diberikan air susu ibu (ASI) secara eksklusif selama enam bulan
karena ASI kaya nutrisi yang dibutuhkan bayi. Dia mengungkapkan bahwa
virus HIV/AIDS memang terkandung di dalam susu, tetapi hanya menumpang
lewat saja di usus; kecuali bila terdapat infeksi pada usus.
“Bila mencampur dengan makanan
pendamping, ada kemungkinan usus lecet, kemudian infeksi,” kata
Bagus. Bagus mengungkapkan, ada prinsip ESSE yang harus dipenuhi untuk
transmisi virus HIV/AIDS yang berarti (keluar dari
tubuh penderita),jumlahnya cukup), (berkesinambungan), hingga entry atau masuk ke tubuh. Selama dilakukan dengan hati-hati, transmisi penyakit, dari ibu penderita, ke anaknya, bisa dihindari.
Pendapat berbeda ditunjukkan Manager
Klinik Teratai RSUP Hasan Sadikin, Bandung, Nirmala Kesumah. Dia
menegaskan penggunaan susu formula dengan alasan keamanan. Meski
meyakini bahwa ASI masih bisa diberikan, dia mengkhawatirkan tekanan
dari lingkungan yang bisa berdampak fatal.
“Masih ada kebiasaan pada orang dahulu
untuk memberi nasi atau pisang kepada bayi. Bila dilakukan tanpa
sepengetahuan orangtua, ini justru berbahaya,” kata Nirmala.
Referensi :
http://belajarpsikologi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar